Laman

Senin, 11 Maret 2013

Aku dan "Aku" Sahabatku


             Hari itu. 11 Maret 2013. Sejak pagi, mood sudah tak bersahabat. Mencoba beraktifitas selayaknya biasa. Bangun tidur, shalat, buka jejaring sosial, sarapan, mandi. Langsung go to campus. Sembari teringat janji dengan sahabat hari ini mo bantu ngasih kejutan buat sahabatku juga walaupun ia belakangan menjauhi diri ini. Ditemani si biru yang selalu bersedia menemani perjalanan menuju kampus, sepanjang jalan rada "aneh". "...tumben ga macet..." gumam hati ini. Jalanan sepi, bak jalan hanya untukku pagi itu. Dari rumah @Pemulutan 20 menit sampai juga di kampus. Wow, rekor baru bagiku. Ntahlah, seingat pikiran ga terlalu ngebut. 60-80km/jam saja. Ya sudahlah
             Setiba di kampus, terlihat di depan ada sahabat yang semakin menjauh tadi baru tiba juga di kampus. Sebenarnya ada celah di samping motornya kalau aku mau parkir di sampingnya, tapi entahlah.. mata ini malah mencari tempat parkir lain. Sengaja tak ku tegur ia, karna memang dia saja tak menegur belakangan ini.
Jam pertama seperti biasa ada dosen yang mengajar... lalu selesai juga mata kuliah itu ( sengaja tak ku ceritakan "proses" perkuliahan, u know lah :) ). Berikutnya ada mata kuliah. Namun dosennya tak kunjung datang. Sembari menunggu seperti biasa tak ada tujuan lain selain markas besar. Ya, tempat duduk umum dekat mushola yang mestinya untuk seluruh mahasiswa tetapi sepertinya hanya untuk aku dan sahabat-sahabatku saja. Monopoli gitulah. Hhe, ga ngerti juga.
              Selama menunggu, selama itu pula ku mencari jawaban akan pertanyaan terhadap sahabat ku yang mulai menjauh itu. Duduk diam, ga bicara kalau tak diajak ngobrol dan mata hanya tertuju pada HP saja. Karena sikap ini sahabat yang lain malah menanyakan kenapa aku berubah jadi diam seperti dulu. Tak ku gubris pertanyaan itu, hanya lemparan senyum yang ku tunjukkan sebagai jawaban..
               Bosan juga lama - lama diam tanpa melakukan apa-apa, sempat terpikir tugas yang belum dikerjakan, tapi tak tergerak untuk melakukan pemberesan tugas itu hoho. Tak terasa 1 jam, 2 jam terlewati hanya dengan duduk diam. Sudah dipastikan tak ada dosennya untuk jam 10 tadi. Ku lihat jam tangan yang sempat hilang sebelumnya, wah jam 12. "... makan yook..." ajak salah satu sahabat. Dan akhirnya semua baru tergerak untuk pergi dari markas, ( bayangin saja, duduk-duduk tanpa kerjaan selama 2 jam, Betah banget coy. Dan anehnya aku juga betah ). Berangkatlah aku dan para sahabat ke kantin. Sama halnya dengan di fakultas, ada satu tempat di kantin yang juga aku dan para sahabatku monopoli. Tak mau makan di tempat lain selain di tempat itu. Kalau pun ada orang lain yang sedang makan, aku dan para sahabatku bela-belain nunggu orang tersebut selesai makan.. ckckck, terlalulah.
               Karena lapar, aku makan duluan. Kebetulan ada tempat duduk yang kosong di sana. Selama makan siang, aku merasa seperti orang asing dalam kelompok yang notabenenya sahabatku semua. Kesal, janggal, bingung semua jadi satu. Semua karena misteri 2 sahabat yang terlihat menjauh dariku. Sampai selesai makan selalu tidak nyaman diri ini berada di antara mereka. Sempat terpikir untuk keluar dari kelompok ini dan hidup menyendiri, dan menyendiri seperti yang ku bayangkan waktu SMA sebelum masuk kuliah. Dulu ku sudah berencana untuk hidup individualistik dan mandiri tanpa terikat kata solidaritas. Hingga bertemu dengan seseorang yang merubahnya. Namun belakangan ia malah menjauh dariku. "...tanggungjawab eeii..." hati ini berteriak. Sudah merubah malah sekarang menjauhi. Memang tak dapat kusalahkan ia, karna ia tak bermaksud merubah, hanya aku yang terpengaruh olehnya. oke, back to the story. -_-"
                Selesai makan, agenda berikutnya adalah shalat Dzuhur. Di saat - saat ini yang selalu ku tunggu di mushola, tenang, nyaman, segar, cerah dan pokoknya beda dengan di luar, Ntahlah kenapa. Di akhir-akhir shalat ku berdoa agar pertanyaan -pertanyaanku segera terjawabkan agar hati ini lega.
                Jam 1 telah tiba, ada kabar dosennya tak masuk juga. So, kosong lagi.. Mendengar kabar itu pikiran ini mulai berpikir kalau bakalan stay lagi di markas besar selama 2 jam lagi paling tidak. Oh God, kuliah hari ini. Sungguh. Tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Hingga ada teman yang mengajak "... Maen DOTA peh..." Langsung otak ini mengiyakan hingga panca indera langsung mensetting mengantarkan raga ini ke lantai 2 Gedung Dekanat . Ruang Cyber tepatnya. Hanya berdua? it's oke. Daripada ku hanya duduk-duduk diam di markas besar saja. 1 jam terlewati di cyber tanpa terasa. Dan waktu sudah menunjukkan jam 2.30 siang. Segera teringat janji tadi. Ku tanyakan ke sahabatku kapan  kita akan ke TKP. (rumah salah satu sahabatku). "...tunggu ***** selesai rapat ...". Oke lah pikirku.                             
               Hingga akhirnya sahabatku yang ditunggu-tunggu akhirnya selesai rapat. Aku dan 2 sahabatku langsung menuju TKP tanpa basa-basi. Rada aneh juga memang, biasanya sahabatku yang cowok tak mau ngebonceng cewek. Ku pikir ia bakal ikut denganku, ternyata ia malah ke motor sahabat ku cewek itu. Oh, okelah pikirku. Setibanya di TKP tuan rumah langsung menyuruh aku dan sahabatku shalat ashar. karna memang belum shalat. Aku segera bergegas mengambil wudhu untuk shalat, di susul sahabat cewek tadi lalu sahabat cowok. Sengaja tak berjamaah dengan alasan sajadah cuma 1, walau itu alasan yang tak bisa diterima untuk tidak berjamaan aku akhirnya diam saja dan terus memulai shalatku. Selesai shalat sudah nampak sahabatku yang mulai menjauh dariku belakangan ini bersama pasangannya yang mulai ku kenal sejak aku pergi ke Bangka waktu itu. "...Loh, pikirku. Kok?..." aku langsung buka lagi sms sahabatku semalam, tak ada yang salah, benar pikiranku kalau aku ke sini mau bantu ngasih kejutan buat sahabatku. Tapi, kenapa pasangan sahabatku malah bersama sahabatku? gimana mau ngasih kejutannya? kenapa juga mereka parkir motor di ujung tempat kost tuan rumah dan lebih memilih berjalan kaki menuju TKP? Pertanyaan - pertanyaan bermunculan di benakku. Terlihat aura suasana waktu itu langsung berubah, karena memang aku sedikit lebih peka terhadap perubahan aura di sekitarku.
             "...ah, lapar. Beli gorengan dulu ah..." sahabatku langsung pergi jalan kaki tanpa tahu dimana tempat jualan gorengan itu. Lalu ku teriakkan, "...kau mau beli dimana?..." dengan gaya biasanya ia jalan balik ke TKP sambil cengar-cengir. "..hadeuh nih anak..." pikirku. Aku memutuskan ikut saja, karna mungkin ia ga tau tempat jualannya. Setelah beli gorengan tibalah ku di TKP. 
             Ku ambil lah tempe goreng sebagai gorengan pertama yang akan ku santap. Saat itu juga, sahabat ku langsung berbicara "..langsung saja ya..." dari kata-kata itu, auranya langsung berubah lagi. 2 sahabatku langsung merebahkan badannya. kerutaan di keningku mulai ku rasakan. Ku lihat sahabatku yang membuka pembicaraan tadi mukanya memerah dan semakin tak tahan ku lihat sampai ia meneteskan air mata yang untuk pertama kalinya ku lihat. Tempe tadi terus ku kunyah sedikit demi sedikit, sangat pelan. dan mungkin itu pertama kalinya ku makan tempe goreng yang ukurannya kecil sangat lama baru habis.
            Banyak kata yang sahabatku ungkapkan, tak dapat ku rekam semua dalam memoriku. "...tunus tuh sudah ku anggap kayak abang aku sendiri..." ucapnya sembari menghapus air mata dan memeluk guling yang ada di dekatnya. Seketika itu juga sahabatku yang lain langsung menghentikan pembicaraannya yang ku tahu belum selesai. Sejujurnya aku belum mendapatkan inti ucapannya. Dan, tiba-tiba langsung disodorkan kepadaku sebuah foto. 
.............
..............
.................
.....................
.........................
...........................
"Foto apa ini?? " pikirku.  Tiba-tiba saja langsung teringat saudaraku di rumah. "..Oh God.." hatiku langsung syok, kaget dan malu tentunya. Dari sana pertanyaanku selama ini mulai terjawab, saat itu adalah saat yang tak bisa ku bayangkan akan terjadi. Jantung ini mulai berdegup kencang selayaknya orang yang ketangkap basah mencuri saja, seiring emosiku mulai memuncak, suhu badan ku rasakan mulai panas. "..astaghfirullahal'adzim..." terus ku ucapkan dalam hati agar emosi ini bisa ku kontrol dan hati ini tenang. Kalau bukan karena mereka sahabatku, sudah ku tinggalkan mereka dan langsung ku laporkan ke pihak yang berwenang akan adanya pelanggaran HAM. Tapi, untungnya ada satu mata yang menyadarkanku kalau orang sedang berada di hadapanku adalah sahabatku semua. Ingin rasanya ku berbaring dan menarik nafas panjang. Betapa sesaknya nafas ini saat megetahui hal ini. "...kalau memang benar, ada kok obatnya..." celetuk salah satu sahabatku. Seolah-olah benar bahwa itu aku. Emosiku mulai memuncak dan terus naik , tapi ku terus istighfar menekan emosiku. Sampai pada saat aku diberikan kesempatan untuk klarifikasi, akhirnya ku angkat kepala ku dan menggunakan seluruh mentalku untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Saat itu sungguh aku berada di titik paling bingung selama hidupku. Bingung mau menyatakan yang sebenarnya atau tidak dan dalam waktu yang singkat. Berbohong akan membuat nama baikku hancur dan tentunya akan dijauhi oleh para sahabatku dan mungkin semua orang tetapi janjiku tetap terjaga. Kalau jujur, kemana muka saudaraku dan kemana mukaku dihadapan saudaraku. Karena kejadian ini, rasanya ingin ku tabrakkan saja motorku ke salah satu truck atau apalah biar aku segera tidak merasakan perasaan yang bercampur jadi satu ini. Tetapi, untungnya lagi sosok orang tua muncul dalam benakku dan terlintas suatu kalimat. " Tuhan tak akan memberikan ujian kepada hamba-Nya melebihi kemampuan hamba-Nya". Akhirnya ku urungkan niatku untuk menabrakkan motor ini, terlalu pengecut. Sesampai di rumah aku berpikir, terus berpikir hingga berjam-jam sampai jam 1 malam. Memikirkan kejadian ini. Memikirkan Aku di mata mereka selama kurang lebih 2 bulan. Memikirkan janjiku yang ku langgar untuk pertama kalinya. Memikirkan kehidupanku ke depannya. Banyak lagi yang ku pikirkan. 

                Ya, telah ku dapatkan kesimpulan. Ku coba sebisaku dulu untuk mengembalikkan saudaraku seperti dulu sebisaku. Jika tetap tak bisa, Barulah ku terima tawaran para sahabatku untuk membantu. Sudah ku putuskan. 

                 Hanya harapan keadaan seperti dulu segera kembali. Aku dan sahabatku, bukan aku dan "aku" perspektif sahabatku. Terima kasih sahabat, terima kasih atas perhatian, saran dan jalan keluar yang tak pernah ku pikirkan sebelumnya. kalian sungguh sahabat terbaik selama ku punya sahabat sampai saat ini. *serius. Ku tahu kalian mengerti jikalau nanti pertama kali kita bertemu setelah kejadian ini aku akan sedikit berbeda karena ku butuh waktu untuk menenangkan semuanya. Tapi ku jamin waktunya tak akan lama. :') See u guy's.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar